Minggu, 02 Februari 2020

Bab 1: Awal Mula Cinta Terlarang

Mungkin banyak yang bertanya-tanya, ini awal mulanya gimana toh? Kok pake nyalahin game sekarang? Kalau pada suka game, kenapa akhirnya pada tidak akhur? Sampai harus berpisah, padahal sudah nikah?

Maka inilah kisah awalnya. Sebuah kisah cinta terlarang.

Mundur jauh ke belakang.

2009

Atas sebuah kejadian pengubah hidup yang ceritanya agak ga relevan, sejak 1 Juli 2009 aku menjadi seorang dosen kontrak di sebuah universitas swasta (mau tahu di mana? Tinggal cek profil FB). Saat itu aku belum kenal dengan Clara yang masih semester 3. Maka kita lompat saja sampai setahun kemudian...

2010

Aku diterima menjadi dosen tetap dengan satu tahun masa percobaan. Aku juga belum mengenal Clara pada saat ini, hingga aku mengajar sebuah kelas Game Development. Nah, kira-kira sekitar itu, salah satu mahasiswi mengajak untuk main game Dragon Nest, waktu itu tentu saja di PC. Dia sudah main duluan bersama beberapa temannya membentuk satu guild, salah satunya Clara. Aku masih ingat nanya mereka butuh apa, dan akhirnya aku jadi seorang Priest. Dari situ lah aku kenal Clara. Dia mulai kepoin YM-ku (duh jadul banget ya, hahaha), kemudian mengetahui situs Web-ku (RPGFID waktu itu, sekarang RPGFWID), dan tahu tentang forumku dan novelku. Dari situlah kami berdua mulai ngobrol, waktu itu ya sebatas game saja sih. Nggak ada hubungan apa-apa yang spesial, terutama karena dia sudah berpacaran dengan kakak kelasnya, sebut saja Billy. Masa mau gangguin orang pacaran? Lagipula, tentu saja melanggar kode etik jika seorang dosen berpacaran dengan mahasiswanya.

Jadi yaaa... kami hanya menghabiskan waktu bermain. Sesekali chatting, aku sudah lupa bahas apa saja di YM sebelum akhirnya pindah Google Talk waktu itu. Dia pernah mengambil salah satu kelasku, tapi di kelas pun ya biasa-biasa saja. Nggak ada hubungan khusus, walaupun memang jadinya cukup akrab, tapi keakrabanku waktu itu bisa dibilang cukup merata ke angkatannya. Kadang-kadang kalau aku mengadakan acara main Kinect, dia nyaris selalu datang, dengan diantar pacarnya yang lebih sering nganggur selama sesi itu. Saat ini, mamaku sempat mengamati Clara dan pernah menyinggung bahwa dia tidak punya sopan santun sama sekali. Pernah pinjam piring untuk makan, dan dia makan duluan sebelum pacarnya; dan hal-hal lain yang aku tidak ingat. Jarang pamit saat pulang? Mungkin ya.

Waktu itu, seingatku mainnya juga tidak terlalu intens. Paling waktu malam hari, itu pun tidak tiap hari. Weekend? Mungkin. Normal lah ya, namanya juga main bersama. Tentunya saat itu belum ada istilah kecanduan game, jadi aku tidak bisa menyimpulkan juga apakah Clara memang kecanduan game sejak dulu.

Anyway, dua tahun kemudian...

2012

Aku berangkat S2 ke Singapura. Waktu itu hubungan kami mulai intens, setiap hari chatting. Nyaris semua posting FB-ku dia like. Yang dibicarakan? Nggak hanya kehidupan sehari-hari, tapi juga mulai ke masalah pribadi juga. Misalnya, saat ia bertengkar dengan pacarnya. Saat ada masalah di kuliah. Waktu itu seharusnya dia sudah mulai TA, tapi aku tidak ingat kenapa kuliahnya molor. Main? Mulai intens juga. Aku ingat pernah main nonstop dari jam 10 waktu Singapura hingga hampir setengah 4 pagi. Sekarang, setelah kupikir-pikir, mungkin intensitas bermain itu jugalah yang secara tidak kusadari ikut menyeretku dalam "kecanduan game," sehingga di semester pertama kuliah, nilaiku sangat jeblok. Aku pernah tidak mengerjakan tugas karena malas dan lebih memilih bermain DN. Setelah semester pertama itulah aku mulai sadar dan berusaha mengejar ketinggalan nilai kuliahku. Saat itu, seingatku dia juga sudah mulai agak serius dengan Billy. Sempat pernah cerita, walaupun dengan nada bercanda, kapan nikah? Keluarganya tentu juga bertanya hal yang sama. Aku sendiri juga mendukung mereka berdua, karena mereka tampaknya cukup serasi satu sama lain.

Hingga tanpa terduga...

2013

Ini sambil ngecek histori chat (berkat Google semuanya masih tersimpan dengan rapi).

April

Clara mendadak chat bahwa dia putus dengan pacarnya. Tentu saja aku kaget. Walaupun kadang-kadang bertengkar, biasanya mereka berdua akur dan cocok. Ternyata, orang tua Billy tidak setuju hubungan mereka dilanjutkan. Clara memiliki adik berkebutuhan khusus sehingga harus dijaga terus. Mereka keberatan bahwa suatu saat nanti setelah mereka nikah, adiknya akan ikut mereka. Tentu menjadi beban tersendiri kan? Ya sudah, akhirnya hubungan mereka berakhir. Aku tentu saja hanya bisa menghiburnya, dan berharap dia bisa menemukan penggantinya. Ya mungkin tidak perlu cepat-cepat. Aku sempat ada harapan bahwa dia mau denganku, tapi namanya baru putus, tentunya tidak etis kalau minta jadian. Apalagi aku masih terikat hubungan dosen-mahasiswa, lebih tidak etis lagi.

Aku tidak pernah menyangka bahwa bulan-bulan berikutnya mulai tumbuh benih-benih cinta itu, entah di diriku sendiri maupun di Clara. Aku selalu memosisikan diriku sebagai kakaknya, tempat dia bisa bercerita dan menumpahkan segala keluh kesahnya. Termasuk mengerjakan TA yang ada hubungannya dengan proyek RPG-ku yang terbengkalai sih. Billy sendiri mulai jarang bermain game, mungkin supaya tidak ketemu Clara dan terkenang masa lalu ya.

Namun, akan ada sebuah trigger yang benar-benar membalik keadaan.

November-Desember

Kalau tidak salah akhir November, salah satu teman guild-nya yang juga dekat denganku berkunjung ke Singapura dan memintaku untuk jadi tour guide. Tentu saja dengan senang hati kulayani. Hubunganku dengan, sebut saja Dinda, harusnya biasa-biasa saja, karena aku tahu dia berbeda agama denganku (walaupun masih satu akar), sehingga tidak mungkin kalau hubunganku dengannya bisa serius. Namun hal berbeda dirasakan si Dinda, karena mendadak dia chat hal yang cukup personal, bahkan akhirnya menyinggung agama, sampai akhirnya aku dengan tegas menolaknya. Hal ini kuceritakan ke Clara.

Ternyata, itu menjadi trigger baginya.

Menurut pengakuannya, sejak kedatangan Dinda ke Singapura dan cerita-ceritaku tentangnya, dia mulai kepikiran. Akhirnya, 6 Desember 2013, dia menembakku.

Tentu saja kuterima.

Namun, karena kode etik itu, tentu saja ini adalah sebuah cinta terlarang. Kami tidak mengumumkan ke siapa-siapa, kecuali temanku yang memang kupercaya.

2015

Akhirnya dia lulus kuliah, tepat di semester terakhirnya sebelum terkena DO. Aku sudah pulang dari S2. Setelah bercerita dengan orang tua, awalnya agak ditentang. Ngapain sih sama Clara? Dari pengamatan ketika si Clara bertamu ke rumah untuk main Kinect, mamaku menyimpulkan bahwa Clara ini seperti mengejar-ngejar aku. Namun karena aku menunjukkan keseriusan, lama-lama mamaku luluh juga. Kalau memang sudah serius, ya apapun harus dihadapi. Begitu juga komitmenku padanya. Suatu waktu kami pernah membahas, jalan cinta ini tidak pernah mulus, begitu berliku dan penuh batu sandungan, apakah kamu masih mau denganku? Dia mengatakan ya.

Maka, setelah lulus, barulah kami mengumumkan ke dunia kalau kami berdua berpacaran. Waktu itu kalau tidak salah kami sudah mulai jarang bermain DN, karena perlahan-lahan Billy dan Dinda juga tidak pernah muncul lagi untuk bermain, sehingga praktis tinggal kami berdua. Kalau tidak salah, aku pernah mencari game penggantinya (mungkin tahun ini, mungkin setahun setelahnya, aku tidak ingat). Mulailah kami berdua kadang-kadang kencan di hari Sabtu, ke gereja bersama, pergi ngemall, main di arcade bersama.

Masa-masa yang menyenangkan. Seperti apa memangnya?

Tunggu kisah berikutnya.